A. Latar Belakang
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi yang optimal
dapat tercapai jika guru mampu siswa dan sarana pengajaran serta
mengedalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi
terjadinya proses belajar mengajar. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa
dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar
merupakan suatu usaha pengorganisasian lingkungan dalam hubungannya dengan anak
didik dan bahan pengajar yang menimbulkan proses belajar.
Dari kutipan di atas mengandung makna bahwa
guru-lah yang mengatur mengawasi dan mengelola kelas agar tercapainya proses
belajar mengajar yang berarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini sejalan
dengan yang dikatakan oleh Syarifudin Nurdin bahwa guru sebagai salah satu
komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran karena fungsi utama guru ialah merancang,
mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.
Di
samping itu pula, guru bertanggung jawab memelihara lingkungan
fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan lingkungan
yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuannya. Dari beberapa
keterangan di atas telah menunjukan betapa pentingnya suatu pengelolaan kelas
yang baik agar tercapainya proses belajar mengajar yang akhirnya berdampak baik
terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar siswa atau anak didik. Karena
dorongan itulah maka perlu adanya suatu kajian yang mengamati tentang usaha apa
yang akan dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas maka dalam makalah ini
penulis mencoba menguraikan tentang peran guru dalam mengelola kelas agar tercapainya
proses belajar mengajar.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
beberapa uraian diatas,timbul beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.
Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh guru dalam
mengelola kelas ?
2.
Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar
yang efektif di Sekolah Dasar ?
C. Pembahasan
1. Proses Belajar Mengajar
Secara
umum Roestiyah mengartikan belajar sebagai proses perubahan perilaku,
akibat interaksi individu dengan lingkungan. Belajar juga dapat diartikan
berusaha memperoleh kepandaian/ilmu, berlatih, atau berubahnya tingkah
laku/tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Selain itu beberapa tokoh juga
mendefinisikan belajar itu sendiri, seperti Ernest R. Hilgard. Pada bukunya
yang berjudul Theories of Learning, menjelaskan definisi belajar sebagai
berikut :
“Learning
is the process by which an activity originates or is changed through training
procedures (whether is the laboratory or in the natural environment) as
distinguished from changes by factors not attribute to training”
Pada
definisi di atas dijelaskan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh
obat, dan sebagainya).
Gagne
juga menjelaskan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama
dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
berubah dari waktu sebelum mengalami
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi seperti tadi. Sedangkan
Morgan, mengemukakan belajar sebagai setiap perubahan yang relatif permanen
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman. Serta Witherington mengartikan belajar sebagai suatu perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Selain
itu, belajar juga diartikan sebagai
perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) pelajar berdasarkan pengetahuan yang
sudah dimiliki menuju perubahan baru. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
diartikan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang
berlangsung terus-menerus (pengalaman) sehingga menyamgkut aspek fisik maupun
psikis, seperti pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan atau sikap.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar
antara lain:
a.
Perubahan
terjadi secara sadar
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia akan merasakan telah terjadi adanya
suatu perubahan dalam dirinya.
b.
Perubahan dalam belajar
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada diri
seseorang berlangsung secara berkesinambungan tidak statis. Perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
ataupun proses belajar berikutnya.
c.
Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif
Pada perbuatan belajar, perubahan–perubahan itu
senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya.
d.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan tingkah laku yang terjadi setelah belajar
bersifat tetap dan permanen
e.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai . Perubahan belajar terarah kepada perubahan yang benar –benar
disadari.
f.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah
laku
Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh pada sikap, keterampilan dan
pengetahuan .
Belajar
merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dapat dialami oleh siswa sendiri. Bila siswa belajar, maka akan terjadi
perubahan mental, di samping itu juga terjadi
perubahan jasmani pada diri siswa. Perkembangan mental siswa dapat
terjadi bila; Pertama, pertumbuhan jasmani telah siap (sebagai
ilustrasi, perkembangan berbahasa terjadi setelah alat-alat berbicara dan
berpikir siap berfungsi). Kedua, individu belajar, baik atas dorongan
sendiri ataupun dorongan dari lingkungan sekitar. Dari sisi perkembangan
individu, perkembangan mental dengan belajar bersifat mendorong (sebagai
ilustrasi, siswa kelas V SD yang mendapatkan nilai sedang pada mata pelajaran IPA.
Semula ia segan belajar IPA karena mata pelajaran IPA sangat sulit. Setelah ia
mendapatkan penjelasan bahwa IPA sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari,
siswa tersebut bersemangat dalam belajar IPA. Nilai IPAnya menjadi baik, dan ia
makin bertambah semangat, rajin, dan disiplin belajar).
Pengertian
mengajar secara sederhana adalah upaya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa.
Mengajar dalam arti luas adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka
memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan. Dengan demikian pembelajaran (proses
belajar-mengajar) merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan
kegiatan belajar.
Adapun
prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melakukan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Mengajar
harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
Apa
yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan
diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum pembelajaran
berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry
behavior. Entry behavior dapat diketahui diantaranya dengan
melakukan pre test. Hal ini sangat penting agar pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif.
b. Pengetahuan
dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
Bahan
pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini
dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
c. Mengajar
harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
Ada
perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap individu mempunyai
kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Apa yang dapat
dipelajari seseorang secara tepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh orang
lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu, mengajar harus memperhatikan
perbedaan tingkat kemampuan masing-masing siswa.
d. Kesiapan
(readliness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam
mengajar.
Kesiapan
adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik secara fisik maupun mental untuk
melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk melakukan pembelajaran, hasil
belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya bila tidak siap, tidak akan
diperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu, pembelajaran dilakukan kalau
individu mempunyai kesiapan.
e. Tujuan
pembelajaran harus diketahui siswa.
Tujuan
pembelajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang diperoleh
setelah pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran diketahui, siswa mempunyai
motivasi untuk belajar.
f. Mengajar
harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
Belajar
harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan
bahan yang bersifat gradual, yaitu :
1) dari
sederhana kepada kompleks (rumit);
2) dari
konkret kepada yang abstrak;
3) dari
umum (general) kepada yang
4) dari
yang sudah diketahui kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat
abstrak);
5) dengan
menggunakan prinsip induksi kepada deduksi. Atau sebaliknya;
sering
menggunakan reinforcement (penguatan).
2. Proses Belajar Siswa
Kegiatan belajar tidak dapat di
lepaskan dari mengajar, karena keduanya merupakan dari dua sisi
dari sebuah mata uang. Menurut Hawa Syaodih, belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan
guru agar siswa belajar. Sehingga seorang guru harus mampu memahami dan masuk
ke dalam dunia belajar siswa, agar terjadi interaksi yang baik antar keduanya.
a.
Belajar intuitif
Belajar intuitif merupakan
Pengamatan menunjukan bahwa dalam berbagai kegiatan belajar penelitian di
sekolah, tekanan lebih banyak diberikan pada kemampuan untuk memformulasikan
secara eksfisit, dan pada kemampuan anak memproduksikan penguasaan anak secara
verbal dan numerical. Berpikir intuitif tidak memiliki langkah-langkah yang
dapat di rumuskan secara pasti dan teliti, lebih merupakan suatu monuver yang
di dasarkan pada persepsi inplisif dari keseluruhan masalah. Intusi adalah penguasaan
dan pengenalan tak langsung dengan menggunakan metode formal analisis dan
pembuktian-pembuktian.
b.
Belajar bermakna
Ausubel Robinson membedakan dua dimensi dari proses belajar, yaitu
dimensi cara menguasai pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan baru dalam
struktur ide yang telah ada. Dalam belajar menerima keseluruhan bahan pelajaran di sejikan
kepada si pelajar dalam bentuk yang sudah sempurna, pada proses pembelajaran discovery
learning (mencari) karena bahan pelajaran di sajikan belum selesai, maka si
pelajar harus mencari menyelesaikan sendiri.
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu stuktur
kognitif dan materi pengetahuan baru. Stuktur kognitif adalah segala
pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan belajar yang lalu.
c.
Syarat
dalam proses pembelajaran bermakana
Ada beberapa syarat dalam proses pembelajaran bermakna, antara
lain:
1)
materi yang di pelajari harus dapat dihubungkan
dengan struktur kognitif secara beraturan karena adanya kesamaan isi;
2)
siswa
harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari;
3)
siswa
harus mempunyai kemajuan atau motif untuk menghubungkan konsep tersebut dengan
stuktur kognitifnya.
Belajar bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru
yang punya makna, penuh arti, jelas nyata pembedaannya dengan yang lain. Dengan
belajar bermakna, siswa akan menguasai dan Mengingat konsep-konsep inti. Maka
merupakan isi dari stuktur kognitif,yang terjadi karena materi yang memiliki
kebermaknaan potensial di satukan dengan struktur kognitif.
3. Hakikat
Guru Sebagai Pembimbing Belajar Dan Pendidikan
Sebagai
mana telah diuraikan pada latar belakang, bahwa mendidik ialah
meminpin anak ke arah kedewasaan, jadi yang kiata tuju dalam pendidikan ialah
kedewasaan si anak. Tidak mungkin Seorang pendidik membawa anak kepada dewasanya bukan
hanya dengan nasihat-nasihat, perintah-perintah, anjuran-anjuran dan
larangan-larangan saja. Melainkan yang utama ialah dengan gambaran kedewasaan
yang senan tiasa dapat dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya di dalam
pergaulan mereka (antara pendidik dan anak didik).
Seiring berjalannya
waktu suatu pendidikan berubah mengikuti perkembangan jaman. Sehingga sampailah
pada saat dewasa ini, guru bukan merupakan satu-satunya kontrol sosaial,
melainkan dalam hal ini guru mempunyai posisi sebagai fasilitator setelah
menjalankan fungsinya sebagai pelatih, pengajar dan pembimbing.
Banyak
diantara guru yang merasa bahwa pekerjaan sebagai guru adalah rendah atau hina
jika dibandingkan dengan pekerjaan kantor atau bekerja disuatu Perusahaan. Hal ini di sebabkan
pandangan masyarakat terhadap guru masih sempit dan fisik, suatu pandangan yang
umumnya yang bersifat meteriallistik, hanya pada keduniawian belaka.
Dari uraian dimuka telah
jelas bahwa pekerjaan guru itu berat, tetapi luhur dan mulia. Tugas guru tidak
ada “mengajar”, tetapi juga “mendidik”. Maka untuk melakukan tugas sebagai
guru,tidak sembarangan orang dapat menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus
memiliki syarat-syarat yang di dalam undang-undang No 12 tahun 1945 tentang
dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, pada
pasal 15 dinyatakan bahwa syarat utama untuk menjadi
guru,
selain
ijazah dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah
sifat-sifat yang yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan pengajaran. Di
samping persyaratan tersebut, tentu masih banyak syarat
yang lain yang harus dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau
pekerjaan guru mendatangkan hasil yang lebih baik.
Waktu belajar merupakan
masa dimana para siswa mendapatkan pengajaran. Suatu tujuan pendidikan akan
senantiasa dapat tercapai dengan baik apabila di tunjang oleh alokasi waktu
yang baik,akan tetapi efektivitas waktu bukan satu-satunya faktor penunjang
keberhasilan pendidikan.lingkungan sebagai bentuk pendidikan informal juga
dapat mempengaruhi terwujudnya suatu tujuan pendidikan. Proses pendidikan
senantiasa harus mengacu kepada manajemen atau alokasi waktu yang baik.hal ini
berarti waktu sebagai batasan (kontrol) proses berjalannya suatu pendidikan.
Suatu proses pembelajaran
siswa akan senantiasa efektif apabila di tunjang oleh beberapa komponen
pendidikan diantaranya sebagai berikut:
a. Perencanaan pengajaran
Perencanaan di maksudkan agar program pengajaran hendaknya dapat
menjadikan guru lebih siap dalam mengajar dalam perencanaan yang matang. Dalam
pengajaran sekurang-kurangnya harus mempersiapkan hal-hal tersebut:
-
tujuan
-
bahan pelajaran
-
kegiatan belajar mengajar
-
metode, media dan sumber
Mengenai keempat komponen ini Seorang guru dituntut untuk dapat
mempersiapkan atau membuat perencanaan pengajaran dengan mempertimbangkan dan
memperhatikan kebutuhan siswa serta perkembangan intelektual dan emosionalnya.
b. Penyesuaian program
dengan situasi kelas
Program pengajaran adalah
pengembangan kurikulum pada tingkat kelas yang dalam pelaksanaannya yang bersifat fleksibel
ini berarti perkembangan kurikulum tingkat intitusi pengembangan kurikulum
tingkat bidang studi (GBPP), termasuk perkembangan kurikulum tingkat kelas
(Program Pengajran), dalam pelaksanaannya menghendaki penyesuaian, antara lain
dengan situasi kelas. Pentingnya penyesuaian program pengajaran ini dengan situasi
kelas ini karena digunakannya asas lingkungan.
c. Penyesuaian jenis
interaksi belajar mengajar
Hal yang penting untuk di perhatikan guru kelas perencanaan dan pelaksanaan
program pengajaran ialah interaksi belajar mengajar yang berlangsung selama
proses belajar mengajar. Yang perlu mendapat perhatian guru selama
dilaksanakannya program pengajaran dalam hal interaksi belajar mengajar ini
ialah penggunaan berbagai jenis interaksi belajar mengajar ke arah yang optimal
dengan demikian, interaksi belajar mengajar yang berlangsung tidak hanya guru
kepada siswa saja, tetapi juga interaksi timbal balik antara guru dan siswa.
D. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas,maka dapat disimpulkan
yaitu sebagai berikut :
1. Profesionalisme Guru
dalam mengalokasikan waktu belajar siswa didorong oleh rasa tanggung jawab
mereka sebagai tenaga pendidik yang harus mencapai tujuan pendidikan semaksimal
mungkin yang sesuai dengan GBPP yang berlaku. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran siswa, perlu adanya variasi metode pembelajaran siswa, guna
membangkitkan minat dan bakat belajar siswa dalam kaitannya dengan pendidikan
Nasional.
2. Proses belajar mengajar
yang di tunjang oleh loyalitas dan disiplin tinggi akan menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang lancar dan kondusif. Hal itu karena tidak lepas dari
peranan yang besar dari guru-guru dalam mengelola kelas.
E.
Penutup
Demikian makalah
yang dapat Kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi semoga pihak. Kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat Kami butuhkan guna untuk
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya. Atas perhatian dan kerjasamanya,
Kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Cara
Belajar yang Mandiri dan Sukses, Solo : CV. Aneka, 1993.
Ali,
Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2002.
Dimyati
& Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan
& Kebudayaan dengan Rineka Cipta, 2006.
Hasibuan,
JJ. & Moedjiono, Proses Belajar
Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Mardisusanto,
Eko Nuryanto, Penelitian Tindakan Kelas; Peningkatan Prestasi Hasil Belajar
Siswa Kelas X SMA N 5 Semarang dengan Pendekatan Pembelajaran Berganti Pasangan
dalam Kelompok pada Pelajaran Kimia Materi Hidrokarbon, Semarang: SMA 5
Semarang, 2007.
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen
Kelas, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Roestiyah,
Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.
Soetjipto, Profesi Keguruan,
Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Uno, Hamzah B., Perencanaan
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.