Kamis, 15 Maret 2012

Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas untuk Keefektifan Belajar Mengajar di Sekolah Dasar


 
A.       Latar Belakang
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi yang optimal dapat tercapai jika guru mampu siswa dan sarana pengajaran serta mengedalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha pengorganisasian lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan proses belajar.
Dari kutipan di atas mengandung makna bahwa guru-lah yang mengatur mengawasi dan mengelola kelas agar tercapainya proses belajar mengajar yang berarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Syarifudin Nurdin bahwa guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran.
Di samping itu pula, guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuannya. Dari beberapa keterangan di atas telah menunjukan betapa pentingnya suatu pengelolaan kelas yang baik agar tercapainya proses belajar mengajar yang akhirnya berdampak baik terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar siswa atau anak didik. Karena dorongan itulah maka perlu adanya suatu kajian yang mengamati tentang usaha apa yang akan dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas maka dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan tentang peran guru dalam mengelola kelas agar tercapainya proses belajar mengajar.

B.        Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian diatas,timbul beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas ?
2.      Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di Sekolah Dasar ?

C.       Pembahasan
1.      Proses Belajar Mengajar
Secara umum Roestiyah mengartikan belajar sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Belajar juga dapat diartikan berusaha memperoleh kepandaian/ilmu, berlatih, atau berubahnya tingkah laku/tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Selain itu beberapa tokoh juga mendefinisikan belajar itu sendiri, seperti Ernest R. Hilgard. Pada bukunya yang berjudul Theories of Learning, menjelaskan definisi belajar sebagai berikut :
“Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (whether is the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attribute to training”
Pada definisi di atas dijelaskan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
Gagne juga menjelaskan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum  mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi seperti tadi. Sedangkan Morgan, mengemukakan belajar sebagai setiap perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Serta Witherington mengartikan belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Selain itu, belajar juga diartikan  sebagai perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berlangsung terus-menerus (pengalaman) sehingga menyamgkut aspek fisik maupun psikis, seperti pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain:
a.       Perubahan terjadi secara sadar
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia akan merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b.      Perubahan dalam belajar
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan tidak statis. Perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
c.       Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif
Pada perbuatan belajar, perubahan–perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
d.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat tetap dan permanen
e.       Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai . Perubahan belajar terarah kepada perubahan yang benar –benar disadari.
f.       Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh pada sikap, keterampilan dan pengetahuan .
Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dapat dialami oleh siswa sendiri. Bila siswa belajar, maka akan terjadi perubahan mental, di samping itu juga terjadi  perubahan jasmani pada diri siswa. Perkembangan mental siswa dapat terjadi bila; Pertama, pertumbuhan jasmani telah siap (sebagai ilustrasi, perkembangan berbahasa terjadi setelah alat-alat berbicara dan berpikir siap berfungsi). Kedua, individu belajar, baik atas dorongan sendiri ataupun dorongan dari lingkungan sekitar. Dari sisi perkembangan individu, perkembangan mental dengan belajar bersifat mendorong (sebagai ilustrasi, siswa kelas V SD yang mendapatkan nilai sedang pada mata pelajaran IPA. Semula ia segan belajar IPA karena mata pelajaran IPA sangat sulit. Setelah ia mendapatkan penjelasan bahwa IPA sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, siswa tersebut bersemangat dalam belajar IPA. Nilai IPAnya menjadi baik, dan ia makin bertambah semangat, rajin, dan disiplin belajar).
Pengertian mengajar secara sederhana adalah upaya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa. Mengajar dalam arti luas adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Dengan demikian pembelajaran (proses belajar-mengajar) merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar.
Adapun prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melakukan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a.       Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum pembelajaran berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat diketahui diantaranya dengan melakukan pre test. Hal ini sangat penting agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
b.      Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
c.       Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
Ada perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang berbeda antara satu dengan yang  lainnya. Apa yang dapat dipelajari seseorang secara tepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh orang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu, mengajar harus memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing-masing siswa.
d.      Kesiapan (readliness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik secara fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk melakukan pembelajaran, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya bila tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu, pembelajaran dilakukan kalau individu mempunyai kesiapan.

e.       Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa.
Tujuan pembelajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang diperoleh setelah pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar.
f.       Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
Belajar harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu :
1)      dari sederhana kepada kompleks (rumit);
2)      dari konkret kepada yang abstrak;
3)      dari umum (general) kepada yang
4)      dari yang sudah diketahui kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat abstrak);
5)      dengan menggunakan prinsip induksi kepada deduksi. Atau sebaliknya;
sering menggunakan reinforcement (penguatan).

2.      Proses Belajar Siswa
Kegiatan belajar tidak dapat di lepaskan dari mengajar, karena keduanya merupakan dari dua sisi dari sebuah mata uang. Menurut Hawa Syaodih, belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Sehingga seorang guru harus mampu memahami dan masuk ke dalam dunia belajar siswa, agar terjadi interaksi yang baik antar keduanya.
a.       Belajar intuitif
Belajar intuitif merupakan Pengamatan menunjukan bahwa dalam berbagai kegiatan belajar penelitian di sekolah, tekanan lebih banyak diberikan pada kemampuan untuk memformulasikan secara eksfisit, dan pada kemampuan anak memproduksikan penguasaan anak secara verbal dan numerical. Berpikir intuitif tidak memiliki langkah-langkah yang dapat di rumuskan secara pasti dan teliti, lebih merupakan suatu monuver yang di dasarkan pada persepsi inplisif dari keseluruhan masalah. Intusi adalah penguasaan dan pengenalan tak langsung dengan menggunakan metode formal analisis dan pembuktian-pembuktian.
b.      Belajar bermakna
Ausubel Robinson membedakan dua dimensi dari proses belajar, yaitu dimensi cara menguasai pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan baru dalam struktur ide yang telah ada. Dalam belajar menerima keseluruhan bahan pelajaran di sejikan kepada si pelajar dalam bentuk yang sudah sempurna, pada proses pembelajaran discovery learning (mencari) karena bahan pelajaran di sajikan belum selesai, maka si pelajar harus mencari menyelesaikan sendiri.
Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu stuktur kognitif dan materi pengetahuan baru. Stuktur kognitif adalah segala pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan belajar yang lalu.
c.       Syarat dalam proses pembelajaran bermakana
Ada beberapa syarat dalam proses pembelajaran bermakna, antara lain:
1)      materi yang di pelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur kognitif secara beraturan karena adanya kesamaan isi;
2)      siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari;
3)      siswa harus mempunyai kemajuan atau motif untuk menghubungkan konsep tersebut dengan stuktur kognitifnya.
Belajar bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru yang punya makna, penuh arti, jelas nyata pembedaannya dengan yang lain. Dengan belajar bermakna, siswa akan menguasai dan Mengingat konsep-konsep inti. Maka merupakan isi dari stuktur kognitif,yang terjadi karena materi yang memiliki kebermaknaan potensial di satukan dengan struktur kognitif.



3.      Hakikat Guru Sebagai Pembimbing Belajar Dan Pendidikan
Sebagai mana telah diuraikan pada latar belakang, bahwa mendidik ialah meminpin anak ke arah kedewasaan, jadi yang kiata tuju dalam pendidikan ialah kedewasaan si anak. Tidak mungkin Seorang pendidik membawa anak kepada dewasanya bukan hanya dengan nasihat-nasihat, perintah-perintah, anjuran-anjuran dan larangan-larangan saja. Melainkan yang utama ialah dengan gambaran kedewasaan yang senan tiasa dapat dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya di dalam pergaulan mereka (antara pendidik dan anak didik).
Seiring berjalannya waktu suatu pendidikan berubah mengikuti perkembangan jaman. Sehingga sampailah pada saat dewasa ini, guru bukan merupakan satu-satunya kontrol sosaial, melainkan dalam hal ini guru mempunyai posisi sebagai fasilitator setelah menjalankan fungsinya sebagai pelatih, pengajar dan pembimbing.
Banyak diantara guru yang merasa bahwa pekerjaan sebagai guru adalah rendah atau hina jika dibandingkan dengan pekerjaan kantor atau bekerja disuatu Perusahaan. Hal ini di sebabkan pandangan masyarakat terhadap guru masih sempit dan fisik, suatu pandangan yang umumnya yang bersifat meteriallistik, hanya pada keduniawian belaka.
Dari uraian dimuka telah jelas bahwa pekerjaan guru itu berat, tetapi luhur dan mulia. Tugas guru tidak ada “mengajar”, tetapi juga “mendidik”. Maka untuk melakukan tugas sebagai guru,tidak sembarangan orang dapat menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus memiliki syarat-syarat yang di dalam undang-undang No 12 tahun 1945 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, pada pasal 15 dinyatakan bahwa syarat utama untuk menjadi guru, selain ijazah dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan pengajaran. Di samping persyaratan tersebut, tentu masih banyak syarat yang lain yang harus dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau pekerjaan guru mendatangkan hasil yang lebih baik.
Waktu belajar merupakan masa dimana para siswa mendapatkan pengajaran. Suatu tujuan pendidikan akan senantiasa dapat tercapai dengan baik apabila di tunjang oleh alokasi waktu yang baik,akan tetapi efektivitas waktu bukan satu-satunya faktor penunjang keberhasilan pendidikan.lingkungan sebagai bentuk pendidikan informal juga dapat mempengaruhi terwujudnya suatu tujuan pendidikan. Proses pendidikan senantiasa harus mengacu kepada manajemen atau alokasi waktu yang baik.hal ini berarti waktu sebagai batasan (kontrol) proses berjalannya suatu pendidikan.
Suatu proses pembelajaran siswa akan senantiasa efektif apabila di tunjang oleh beberapa komponen pendidikan diantaranya sebagai berikut:
a.       Perencanaan pengajaran
Perencanaan di maksudkan agar program pengajaran hendaknya dapat menjadikan guru lebih siap dalam mengajar dalam perencanaan yang matang. Dalam pengajaran sekurang-kurangnya harus mempersiapkan hal-hal tersebut:
-                    tujuan
-                    bahan pelajaran
-                    kegiatan belajar mengajar
-                    metode, media dan sumber
Mengenai keempat komponen ini Seorang guru dituntut untuk dapat mempersiapkan atau membuat perencanaan pengajaran dengan mempertimbangkan dan memperhatikan kebutuhan siswa serta perkembangan intelektual dan emosionalnya.
b.      Penyesuaian program dengan situasi kelas
Program pengajaran adalah pengembangan kurikulum pada tingkat kelas yang dalam pelaksanaannya yang bersifat fleksibel ini berarti perkembangan kurikulum tingkat intitusi pengembangan kurikulum tingkat bidang studi (GBPP), termasuk perkembangan kurikulum tingkat kelas (Program Pengajran), dalam pelaksanaannya menghendaki penyesuaian, antara lain dengan situasi kelas. Pentingnya penyesuaian program pengajaran ini dengan situasi kelas ini karena digunakannya asas lingkungan.
c.       Penyesuaian jenis interaksi belajar mengajar
Hal yang penting untuk di perhatikan guru kelas perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran ialah interaksi belajar mengajar yang berlangsung selama proses belajar mengajar. Yang perlu mendapat perhatian guru selama dilaksanakannya program pengajaran dalam hal interaksi belajar mengajar ini ialah penggunaan berbagai jenis interaksi belajar mengajar ke arah yang optimal dengan demikian, interaksi belajar mengajar yang berlangsung tidak hanya guru kepada siswa saja, tetapi juga interaksi timbal balik antara guru dan siswa.

D.       Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas,maka dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :
1.   Profesionalisme Guru dalam mengalokasikan waktu belajar siswa didorong oleh rasa tanggung jawab mereka sebagai tenaga pendidik yang harus mencapai tujuan pendidikan semaksimal mungkin yang sesuai dengan GBPP yang berlaku. Untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa, perlu adanya variasi metode pembelajaran siswa, guna membangkitkan minat dan bakat belajar siswa dalam kaitannya dengan pendidikan Nasional.
2.   Proses belajar mengajar yang di tunjang oleh loyalitas dan disiplin tinggi akan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lancar dan kondusif. Hal itu karena tidak lepas dari peranan yang besar dari guru-guru dalam mengelola kelas.

E.        Penutup
Demikian makalah yang dapat Kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi semoga pihak. Kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat Kami butuhkan guna untuk kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya. Atas perhatian dan kerjasamanya, Kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses, Solo : CV. Aneka, 1993.
Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan dengan Rineka Cipta, 2006.
Hasibuan, JJ. &  Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Mardisusanto, Eko Nuryanto, Penelitian Tindakan Kelas; Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 5 Semarang dengan Pendekatan Pembelajaran Berganti Pasangan dalam Kelompok pada Pelajaran Kimia Materi Hidrokarbon, Semarang: SMA 5 Semarang, 2007.
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.
Soetjipto, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Uno, Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Rabu, 14 Maret 2012

Adam NO! Pithecanthropus YES!

Sebelum kita menginjak tentang manusia pertama, tentunya terlebih dahulu kita harus memahami tentang makna dari “Manusia”. Dalam hal ini menurut hemat saya, kata “Manusia” mempunyai dua macam yaitu: Manusia Beruh dan Manusia Tak Beruh. Adapun maksud dari Manusia Beruh yaitu manusia yang mempunyai akal pikiran untuk berfikir, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan Manusia Tak Beruh yaitu manusia yang tidak mempunyai akal pikiran. Tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dia hanya menggunakan nafsunya. Saling memangsa dan hanya bisa mempertahankan diri dengan seleksi alam yang keras, tanpa ada sebuah peran sosial jelas. Jadi dari pengertian dua kata tadi, yang dimaksud dengan Manusia Beruh adalah manusia yang hidup sekarang pada zaman kita ini ( atau bisa disebut manusia modern/sempurna), sedangkan Manusia Tak Beruh adalah manusia zaman dahulu/ purba. Yang sering dinamakan manusia purba/ kuno, atau manusia kera. 

Setelah itu dalam hal asal mula manusia kita perlu perhatikan QS. Al Mukmin : 12-14

“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia berasal dari saripati tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani pada tempat yang kokoh dan terpelihara. Kemudian Kami menjadikannya air mani itu segumpal darah , lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Maka Kami liputi tulang belulang itu dengan daging, kemudian Kami menjadikannya satu bentuk yang lain. Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta.”

Dari firman Allah di atas menunjukkan bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah, dan kemudian saripati tanah tersebut dirubahNya menjadi sperma terlebih dahulu dalam tubuh manusia. Secara rasional yang sangat sederhana, dapat diterima oleh masyarakat luas. Bahwa manusia makan dari senyawa-senyawa yang berasal dari tanah, entah itu didapatkan secara langsung ataupun didapatkan dari perantara (hewan dan tumbuhan), dan saripati tanah itu diubah menjadi sperma dalam tubuh manusia. Kemudian sel sperma akan bertemu dengan sel telur saat pembuahan.

Kemudian dari ayat tersebut pula, ada kata yang sudah jelas tetapi banyak sekali yang salah dalam penafsirannya. Yaitu kata “menciptakan”, kita harus dapat menbedakan kata “menciptakan” dan “membentuk”. Sering kali orang salah mengartikan dua kata tersebut, perbedaan dua kata tersebut sangant jelas. Kata “menciptakan” berarti membuat sesuatu dari barang yang belum jadi menjadi barang yang telah jadi, atau terjadi dari yang tidak ada menjadi ada. Sedangkan “membentuk” berarti membuat sesuatu dari barang yang ada menjadi barang yang lain (sesuatu yang terjadi dari bahan yang sudah ada sebelumnya. 

Ditambah lagi dengan QS. Al Baqarah : 20

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat : sesungguhya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Malaikat berkata : mengapa Engkau hendak menjadikan di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan pertumbahan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau. Tuhan mengatakan : sesungguhnya Aku lebih tahu segala sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya.”

Pada ayat di atas sudah dijelaskan kalau Allah akan membuat makhluk di muka bumi, dan malaikat membatahnya karena malaikat menganggap makhluk tersebut akan menhancurkan bumi. Dari mana malaikat tahu kalau makhluk yang akan dibuat oleh Allah akan menghancurkan bumi, kalau sebelumnya malaikat sudah pernah mengetahui perilaku dari makhluk tersebut. Sudah jelas kalau sebelumnya ada kehidupan makhluk yang sama sebelum Adam dilahirkan. (sudah ada makhluk lain sebelum Adam, dan pada esensinya makhluk tersebut sama dengan Adam).

Dan kita juga perlu perhatikan ilmu-ilmu yang lain, seperti: Astronomi, Geologi, Paleontologi, Antropologi, Biologi, Botani, Fisika, Kimia, serta Genetika. Contoh saja yang paling sederhana dipahami adalah ilmu Paleontologi. Dalam ilmu yang mempelajari tentang fosil-fosil dari zaman purbakala ini, dijelaskan bahwa setiap fosil yang ditemukan pasti dapat ditentukan umurnya tergantung dari keadaan fosil itu sendiri di mana ditemukan. Ilmuwan percaya bahwa pada daerah-daerah teretntu di lapisan tanah di bumi terdapat beribu-ribu bahkan berjuta-juta fosil telah membatu dan bersenyawa dengan tanah selama jutaan tahun, sehingga sulit untuk diidentifikasi. Seorang ahli anatomi Perancis, George Cuvier (1769-1832) mengadakan studi perbandingan antara fosil-fosil dengan makhluk hidup yang masih ada, dia menyatakan bahwa pada masa tertentu telah diciptakan makhluk hidup yang berbeda dari zaman ke zaman. Para ahli Paleontologi dan Biologi telah mampu mengidentifikasi ciri-ciri perbedaan antara manusia dan monyet, antara lain:
  1. Volume otak (neurocranium) manusia lebih besar dari monyet
  2. Adanya lekukan kulit pada bibir atas manusia
  3. Deretan gigi geraham dan gigi taring yang berbeda, gigi taring monyet lebih menonjol dari manusia
  4. Tungkai tulang paha dan pinggul manusia lebih tegak dari monyet
  5. Sidik jari yang berbeda
  6. Susunan tulang belakang dan tulang kaki yang berbeda
  7. Mereduksinya jumlah bulu rambut pada kulit manusia

Dari pemahaman di atas, para ahli yakin bahwa fosil yang ditemukan selama ini kebanyakan adalah fosil manusia. Jadi jelas bahwa sebelum Adam, ada kehidupan. Karena sesuai penemuan fosil-fosil yang telah ditemukan ± 3 juta tahun yang lalu. Sudah jelah bahwa semua ilmu pengetahuan mengemukakan bahwa bumi telah Jadi, dari paparan di atas sudah jelas bahwa pandangan masyarakat kalau manusia pertama adalah Adam adalah SALAH BESAR. Kalau manusia sempurna pertama, memang Adam. tetapi manusia pertama kali yang hidup di dunia adalah Manusia Purba/ Manusia Kera, atau yang sering disebut oleh masyarakat luas Pithecanthropus Erectus.